Kamis, 12 Februari 2009

Sembuh Dari 5 Komplikasi Penyakit Lewat Menulis

Kisah ini memberi inspirasi kepada kita untuk tetap semangat menjalani hidup dan berguna bagi orang lain meski ujian berat sedang menimpa kita, mari kita sama-sama simak kisahnya...



Pada tahun 2005 tepatnya 1 Muharram, saya dan teman saya sedang dalam perjalanan. Mendadak tubuh saya terasa lemas dan mual-mual. Kondisi ini saya tahan hingga puncaknya pada tanggal 9 Muharram saya pingsan dan masuk rumah sakit. Menurut diagnosa dokter saya mengidap hepatitis A dan liver. Sejujurnya saya kaget, karena gaya hidup saya tidak macam-macam, tidak merokok, bukan peminum dan tidak pernah keluyuran malam hari. Pada waktu itu saya juga menderita tipus, dokter meminta saya untuk istirahat dan teratur minum obat.
Tak berapa lama kemudian saya sakit lagi. Hasil pemeriksaan ditemukan kista sebesar 4 cm di dalam ginjal kiri saya. Selain itu juga saya mengeluh sakit ketika buang air kecil, dan dokter mengatakan saya terkena infeksi saluran kemih. Masih ada juga dokter yang mendiagnosa saya terkena penyempitan pembuluh darah.
Saya sempat terdiam dan bertanya dalam hati, mengapa Allah memberikan ujian yang begitu berat. Saya bukan orang yang neko-neko. Tetapi di luar sana orang yang gaya hidupnya kebalikan dari saya, sehat-sehat saja. Tapi kemudian saya beristighfar. Sejenak saya khilaf. Tidak sepatutnya saya bertanya hal itu kepada Allah, saya yakin ada maksud yang tersembunyi di balik semua ini.
Saya memang termasuk "workaholic" atau gila kerja. Sejak ayah saya meninggal ketika itu saya kelas 1 SMA, saya harus membiayai sendiri kuliah & kehidupan saya.
Pada saat saya mengetahui ada penyakit berat yang saya derita, seketika itu saya mulai memohon petunjuk Sang Khalik agar diberikan jalan supaya saya tidak meratapi penderitaan saya. Saat itu juga saya instrospeksi diri, apakah ini bagian dari azab saya?
Saya sudah bolak-balik ke rumah sakit tapi penyakit saya tak kunjung mengalami perbaikan. Dalam 1 bulan bisa 2-3 kali dirawat.
Di saat saya merasa tak ada jalan keluar, saya teringat pesan teman saya Asep, "hidup ini harus dipenuhi oleh pikiran-pikiran positif, jika negatifnya terus yang dipikirkan maka hasilnya juga banyak yang negatif. Ucapan teman saya terus terngiang dalam benak saya, tidak ada gunanya saya terus berprasangka buruk dan berputus asa.
Pada akhir tahun 2005, Asep mengajak saya untuk mengikuti training leadership. Saya sempat mengikuti dua kali training. Pada kesempatan kedua inilah pikiran saya tergerak ketika diputarkan sebuah video.
Dalam video tersebut ditayangkan orang-orang yang memiliki keterbatasan tapi masih memiliki
tekad kuat untuk bertahan hidup dan berguna bagi masyarakat. Salah satunya adalah Kunto Wijoyo, orang yang sudah sangat sulit bergerak. Dia terbaring di atas tempat tidurnya, di depannya ada sebuah laptop yang ia gunakan untuk menulis. Ketika hendak menulis ia hanya menggunakan satu jari untuk menekan keyboard pada laptop. Dengan keterbatasan seperti itu, dia sedang berusaha membuat karya yang kelak berguna untuk orang lain.
Saya terharu dan tercengang. Sejurus kemudian saya berpikir bisa jadi Allah memberikan saya ujian ini adalah sarana untuk insrospeksi diri. Malam itu juga saya putuskan untuk melahirkan sebuah karya. Awalnya bingung mau menulis apa, akhirnya saya putuskan menulis mengenai konstruksi bangunan, karena sudah 18 tahun saya berkecimpung di dunia itu.
Ketika ide itu muncul rasanya mengalir saja tulisan saya. Target yang saya tuju adalah orang-orang awam yang ingin memperbaiki rumah mereka. Dukungan banyak datang dari berbagai pihak, temen-temen, penerbit dan orang-orang terdekat. Banyaknya dukungan membuat saya percaya diri untuk melangkah sesuai kemampuan saya.
Sebenarnya tujuan saya menulis bukan terapi. Tapi ternyata menulis bisa juga digunakan sebagai terapi menyembuhkan penyakit. Saya mengetahui hal tersebut dari internet. Mungkin disinilah petunjuk Allah obat penyakit saya bisa jadi dengan menulis.
Karya tahun pertama saya ada lima buku, yakni Cara Praktis Menghitung Material Rumah, Dinding, Lantai, Agar Rumah Tidak Gelap dan Pengap, serta Panduan Lengkap Membangun Rumah yang merupakan best seller, saat ini sudah mencapai cetakan keempat. Isinya sangat lengkap, harganya pun tergolong mahal Rp 200 ribuan. Percaya atau tidak kelima buku itu saya selesaikan dalam tempo waktu 5 bulan.
Rasa kagum dan tidak percaya ketika buku pertama saya terbit, apalagi sampai ada yang dicetak ulang. Ternyata memang benar, dengan sedikit ilmu orang bisa berbuat banyak asal memiliki kemauan yang kuat. Senang dan bangga rasanya ketika buku yang saya tulis sendiri mendapat sambutan positif di masyarakat. Hal ini yang membuat saya terpancing untuk membuat karya yang lebih baik lagi.
Inspirasi saya menulis kadang dari keluhan temen-temen, misalnya "Kok rayap sangat tinggi ya di Bogor?". Nah dari keluhan tersebut lahirlah karya saya berjudul "Kiat Praktis Mencegah dan Membasmi Rayap". Atau ketika ada yang mengeluh, "kok lantai saya meletup ya?" Jadilah buku saya yang berjudul "Lantai". Saya juga menulis dengan tema yang lain, seperti karya best seller lainnya "Akankah Indonesia Tenggelam Karena Pemanasan Global". Buku terbaru saat ini berjudul "Cara Cerdas Membangun Mesjid". Penerbit memberi saya julukan "Penulis Paling Produktif", dalam kurun waktu 2 tahun saya bisa menghasilkan 15 buku.
Alhamdulillah...hingga saat ini, keluhan-keluhan penyakit yang dulu sering saya alami tidak lagi saya rasakan. Pernah saya masuk ke rumah sakit, tapi itu bukan karena penyakit saya kambuh tapi karena diare yang kadang sering saya alami. Ketika saya melakukan check up, hasil dari lab menunjukkan semuanya bagus. Hepatitis saya sudah hilang, penyempitan pembuluh darah sudah tidak saya alami lagi. Paling-paling yang saya rasakan diare dan flu.
Saya ingin bisa terus menghasilkan karya-karya yang lain. Karena saya percaya dituang sebanyak apapun ilmu tak akan pernah bisa habis. Saya sangat bersyukur jika apa yang saya lakukan selama ini bisa bermanfaat bagi orang lain dan dapat menularkan semangat bagi orang lain untuk terus berkarya di dalam keterbatasan.
(Sumber Tarbawi Edisi 193 Th. 10)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar