Kamis, 26 Februari 2009

ANTARA KESEDIHAN DAN KEWAJIBAN

Tips Praktis Mengurus Jenazah

Berbicara mengenai kematian memang bukanlah suatu hal yang menyenangkan. Sedih dan takut merupakan dua macam perasaan yang mungkin hinggap. Ditambah, kematian merupakan misteri bagi kita yang masih hidup. Dan misteri itu tidak akan pernah terbongkar kecuali kita telah mengalami kematian itu sendiri.
Sekarang, mari kita coba menerawang dan mengingat sejenak, berapa banyakkah anggota keluarga kita yang sudah meninggal dunia? Berapa banyakkah saudara atau teman yang telah mendahului kita? Berapa banyak pula orang yang pernah kita kenal dan sekarang telah dipanggil oleh Sang Maha Pencipta? Disadari atau tidak mereka semua adalah peringatan dan pelajaran bagi kita bahwa kelak kita pun akan seperti mereka. Namun sudah pernahkah kita mengurus jenazah keluarga, saudara atau tetangga kita?
Di sekitar lingkungan masyarakat kita, bila ada seseorang yang meninggal, kadang pihak keluarga bingung, apa yang mesti dilakukan? Sementara ini memang masih sangat sedikit yang bisa mengurus jenazah. Para pengurus biasanya orang yang sudah sepuh. Sedikt kalangan muda yang bisa menangani pengurusan jenazah.
Wacana kali ini mencoba mengangkat topik tentang pengurusan jenazah meskipun tidak seluruhnya dibahas, namun paling tidak semoga apa yang diuraikan ini bisa menjadi pengetahuan dan bekal bagi kita untuk bisa mengurus jenazah anggota keluarga, saudara atau tetangga kita. Juga bisa menjadi bekal untuk mendidik anak-anak kita agar kelak mereka bisa mengurus jenazah orangtuanya.
Menjelang dan Saat Kematian
Apabila ada salah seorang anggota keluarga kita yang sedang dalam keadaan sakaratul maut lalu menjumpai ajalnya, kita harus mengetahui apa yang mesti kita lakukan.

1. Membimbing membaca kalimat tauhid.

Saat berhadapan dengan orang yang sedang berhadapan dengan kematian, kita diperintahkan untuk menuntunnya membacakan kalimat tauhid La Ilaha Illallah. "Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah kalimat La Ilaha Illallah maka dia akan masuk syurga." (HR. Abu Dawud)

2. Memejamkan matanya dan berdoa

Setelah jelas meninggal dunia, hendaknya kita memejamkan kedua matanya dan mendoakan kebaikan baginya seperti "Ya Allah ampunilah ia, angkatlah derajatnya di golongan orang-orang yang mendapat petunjuk, beri pengganti yang baik di keturunannya, ampunilah kami dan dia wahai rabb semesta alam, lapangkanlah baginya kuburnya dan terangilah dia di dalamnya."(HR Muslim)

3. Meletakkan jenazah menghadap kiblat

4. Menutupi jenazah dengan kain.

Mayat harus ditutup dengan menggunakan kain yang ukurannya bisa menutupi sekujur tubuhnya.

5. Menyegerakan pengurusan jenazah.

Kita diperintahkan untuk segera melaksanakan pengurusan jenazah yaitu memandikan, mengkafani, menyolatkan, dan menguburkan."Bersegeralah di dalam mengurus jenazah, jika dia orang yang shaleh maka berarti kebaikan yang akan kalian segerakan baginya, dan jika tidak seperti itu maka berarti kejelekan yang segera kalian letakkan dari tanggungjawab kalian." (HR Bukhari dan Muslim)

Memandikan

Sebelum memandikan jenazah, kita harus tahu pernahkah si mayat ketika hidup berwasiat kepada seseorang untuk memandikan jenazahnya? Jika pernah, maka orang yang diberi wasiat itulah yang berhak memandikannya. Tetapi jika tidak, yang berhak adalah anggota keluarga terdekatnya. Jika anggota keluarga tidak bisa melaksanakan boleh menunjuk orang lain yang dianggap amanah dan terpercaya untuk memandikannya.

Persiapan tempat dan peralatan yang dibutuhkan; Dipan dan bangku untuk alas jenazah, Air bersih secukupnya. Untuk membersihkan tubuh jenazah bisa pula menggunakan sabun, shampo, kapur barus halus, cotton buds, air mawar, bubuk cendana, atau daun bidara. Demi keamanan, jika jenazah pernah berpenyakit menular, kita boleh memakai alat pelindung, seperti sarung tangan, sepatu bot dll.

Tempat pemandian harus layak dan tertutup agar proses pemandian tidak disaksikan oleh orang lain kecuali yang memandikan. Bila si jenazah punya cacat atau aib di tubuhnya, orang yang memandikan dilarang menceritakan hal itu kepada orang lain. Memandikan jenazah harus ikhlas dan dimulai dengan basmallah.

Mula-mula kita melepaskan seluruh pakaian dan aksesoris yang melekat di tubuh jenazah, kecuali benda-benda tersebut menempel di dalam tubuhnya, seperti pen yang ditanam di dalam daging atau tulang sebagai penyangga. Saat memandikan aurat jenazah harus tetap ditutupi dengan kain. Untuk membersihkan sisa-sisa kotoran dari jenazah, kita bisa mengangkat badan bagian atas, lalu tekan perlahan perutnya agar kotoran bisa keluar. Tapi tidak perlu dipaksakan mengeluarkannya. Lalu kita bersihkan qubul, dubur, dan bagian tubuh yang berlubang lainnya.

Memandikan dimulai dengan mencuci anggota wudlunya, dilanjutkan dengan menyiram seluruh tubuhnya yang dimulai dengan bagian sebelah kanan dari arah kepala sampai dengan kaki kemudian diikuti dengan bagian kiri tubuhnya. Lalu kita gosok tubuhnya dengan sabun secara perlahan-lahan dan merata. Tubuh jenazah bisa dimiringkan untuk membersihkan bagian belakangnya. Setelah bersih, kita siram seluruh tubuhnya dengan hitungan bilangan ganjil (tiga, lima, tujuh kali dst). Siraman terakhir dicampur dengan kapur barus halus. Setelah selesai dikeringkan dengan handuk.

Mengkafani

Peralatan yang diperlukan antara lain: kain kafan yang putih bersih, untuk pria tiga lembar dan untuk wanita lima lembar, selain itu kita siapkan kapas, kapur barus halus, minyak wangi dan keperluan lainnya.

Pertama kita potong kain kafan sesuai dengan panjang jenazah ditambah sekitar tiga jengkal atau 70 cm untuk tempat mengikat. Untuk pria, tiga lembar sama panjang, sedangkan untuk wanita dua lembar sama panjang, satu lembar kain panjang (bawahan), satu lembar baju, dan satu lembar kerudung. Atau tiga lembar sama panjang, satu lembar baju panjang/gamis dan satu lembar kerudung (jumlah lima lembar). Selanjutnya kita sediakan lima helai atau lebih (yang penting ganjil) tali pengikat yang dibuat atau dipotong dari setiap sisi kain kafan.

Setelah itu kita bentangkan kain kafan satu per satu di atas dipan/keranda/tikar dengan tempat untuk posisi kepala mengarah kiblat. Jangan lupa di bawah kain-kain tersebut telah diletakkan tali-tali pengikatnya. Lalu kita taruh kapas di atas kafan terutama untuk bagian dubur dan taburi kain kafan itu dengan kapur barus halus dan minyak wangi secukupnya.

Setelah semua siap, kita pun bisa mengangkat jenazah dan meletakkan di atasnya. Kita lapisi bagian qubul, seluruh persendian, luka-luka (kalau ada) dengan kapas yang sudah ditaburi kapur barus halus, lalu lipat selembar demi selembar, dimulai dari bagian kanan jenazah. Lalu kita ikat jenazah dengan ikatan yang mudah dibuka di bagian sebelah kiri dengan tujuan agar pengubur mudah melepaskan ikatan tersebut di dalam liang lahat.

Menyolatkan

Seperti dalam shalat lainnya, kita diharuskan berwudlu terlebih dahulu sebelum melaksanakan shalat jenazah. Apabila jenazahnya laki-laki maka imam berdiri menghadap kiblat sejajar dengan kepala jenazah yang berada di depannya. Sedangkan apabila jenazah tersebut perempuan maka imam berdiri sejajar dengan bagian tengah tubuhnya.

Ada tiga waktu yang dilarang mengerjakan shalat dan mengebumikan jenazah, yakni pada saat terbit matahari, pada saat tengah hari, dan pada saat matahari terbenam. Dalam shalat jenazah kita melakukan empat kali takbir, tanpa ruku dan sujud. Setelah takbir pertama membaca surat alfatihah, setelah takbir kedua membaca shalawat, setelah takbir ketiga kita membaca doa untuk jenazah, dan setelah takbir keempat dan diam sejenak atau berdoa, kita ucapkan salam.

Pahala bagi orang yang menyaksikan jenazah sampai dishalatkannya, dia mendapat pahala sebesar satu qiiraah, sedangkan barangsiapa yang menyaksikannya sampai dikuburkannya, dia mendapat pahala dua qiiraah, Rasulullah ditanya oleh sahabatnya, "Seperti apakah dua qiiraah itu?" Beliau menjawab, " Seperti dua gunung yang besar." (HR. Muslim)

Menguburkan

Dalam mengantarkan jenazah ke kuburan hendaknya para pengiring jenazah menjaga ketenangan, ketertiban dan tidak jauh dari posisi jenazah. Berjalan dengan bergegas, namun bukan tergesa-gesa. Setelah sampai di kuburan, para pengantar dilarang untuk duduk kecuali jika jebazah telah diletakkan dalam kubur. Ketika akan dikebumikan pengantar tidak perlu beramai-ramai turun ke liang lahat untuk menurunkan jenazah, melemparkan tanah, atau menata posisi jenazah di liang lahat. Yang melakukan cukup orang yang berkepentingan saja, yaitu para petugas yang ditunjuk dengan diiringi doa, "Bismillahi wa 'alaa milati Rasulullah".

Setelah jenazah dikuburkan, kita dianjurkan mendoakan ampunan dan keteguhan bagi si mayit, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah. "Bila Rasulullah saw usai menguburkan jenazah, beliau berdiri menghadap kuburan, kemudian berkata, 'Kalian hendaklah meminta ampunan untuk saudaramu ini, mintalah ketetapannya, sebab sekarang juga jenazah ini akan ditanya."

Jika suatu ketika kita melewati kuburan orang-orang yang seiman dengan kita, maka hendaklah memberi salam dan mendo'akan ahli kubur. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah ,"Semoga kesejahteraan selalu dilimpahkan atas semua orang Mukmin dan Muslim penduduk kampung ini, dan semoga Allah menyayangi orang-orang yang sudah meninggal lebih dahulu dan yang masih hidup. Dan sesungguhnya InsyaAllah kami akan menyusul kalian." (HR. Muslim)

(Sumber Percikan Iman No. 05 th VI, Mei 2005)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar