Rabu, 18 Februari 2009

MEMILIKI DAN MENJADI

"Tulisan yang menginspirasi seorang sahabat agar tetap tegar & ikhlas ketika ia harus kehilangan rumah, karir, jabatan bahkan eksistensinya sebagai seorang ibu dan istri. Penyakit yang dialaminya mengharuskan ia 'bedrest' beberapa bulan dan menjalani terapi selama 1 tahun lebih. Apa yang sudah diraih hanyalah sekedar hak pakai, pada akhirnya semua akan kembali kepadaNya."
Pak Anu membangun vila megah di lereng bukit. Pemandangannya indah dan udaranya segar. Di tempat lain, beliau masih punya dua vila lagi yang juga megah. Namun, belum tentu dua bulan sekali pak Anu sempat menginap di salah satu vilanya karena ia sangat sibuk. Praktis vila itu sepi sepanjang hari.

Pak Fulana sekeluarga, orang yang dibayar untuk menunggu vila itu, justru yang menikmati kemegahan bangunan dan kesegaran udaranya. Meskipun pak Anu jarang sekali bisa menikmati vilanya, bahkan harus mengeluarkan uang untuk orang yang menungguinya, dia tetap puas dan bangga karena dia yang memiliki vila itu.

Mengapa tidak menyewa saja kalau sesekali memerlukan santai di luar kota? Menyewa, mungkin lebih praktis dan hemat, tetapi tidak memberi kepuasan karena tidak ikut memiliki. Di rumahnya ada sepuluh mobil. Anggota keluarganya hanya lima orang. Maka, ada mobil yang jarang terpakai, yaitu mobil yang paling mahal. Mobil itu hanya dipakai pada acara yang dianggap sangat penting dan prestisius. Meskipun jarang dipakai, namun perawatan dan pajak mobilnya sangat mahal. Pajaknya itu menghabiskan biaya paling banyak. Akan tetapi dia puas karena dia sebagai pemilik. Kepuasan terletak pada pemilikan bukan pemanfaatan.

Ada seorang petani tua, pak Entah namanya. Suatu hari ia menanam pohon asam dan mangga di kebunnya dekat jalan. Waktu berlalu, pohon itu dirawatnya dengan cermat. Tingkah laku pak Entah yang aneh itu membuat heran seorang saudagar yang lewat. Ia heran kenapa pohon yang baru akan berbuah dan memberikan hasil setelah bertahun-tahun lamanya ditanam pak Entah? Bukankah pak Entah sudah tua? Kenapa tidak menanam pohon yang siap panen dalam waktu dekat saja? Pak Entah, "Saya sekarang sudah bau tanah. Ketika pohon itu besar dan berbuah, mungkin saya sudah lama meninggal. Tetapi pohon itu akan tetap bermanfaat. Orang yang lewat bisa berteduh, anak-anak bisa bermain sambil memanjat dan memetik buahnya." Kepuasan pak Entah bukan pada memiliki tetapi karena dapat memberi.

Orang yang berorientasi memiliki tidak bisa hidup dengan dirinya sendiri karena bergantung pada simbol-simbol yang menjadi miliknya. Ketika miliknya itu lepas dari genggamannya ia merasa eksistensinya hilang. Orang yang mengandalkan mobil, rumah, kursi, popularitas, jabatan dan semua miliknya menjadi simbol keberadaannya, akan terus menerus berusaha agar simbol-simbol itu tetap dimiliki. Sebab ketika semuanya lepas maka keberadaannya menjadi hilang.

Orientasi "menjadi" mendorong orang melakukan aktivitas yang tumbuh dari dalam dirinya sendiri dengan tujuan yang jelas, serta membawa perubahan yang berguna secara sosial. Orientasi "menjadi" mengharuskan adanya kemauan memberi, membagi dan berkorban. Seorang tukang batu yang diupah untuk membangun pos keamanan, dia melakukan kesibukan karena digerakkan orang lain. Sementara pak Entah, petani tua yang menanam pohon, dia melakukan aktivitas.

Jika melihat sekuntum bunga harum semerbak, seorang yang berorientasi "memiliki" akan memetik bunga itu untuk disimpan di kamarnya, agar dia dapat menikmati keharumannya sepanjang waktu. Tetapi orang yang berorientasi "menjadi" mungkin akan membiarkan bunga itu tumbuh, bahkan menyirami dan memelihara agar setiap orang yang lewat dapat menikmati keharumannya.

Orientasi "menjadi" memilih jalan mendaki sedangkan orientasi "memiliki" berarti jalan menurun. Jalan mendaki adalah jalan pengorbanan dan memberi uluran pertolongan, sedangkan jalan menurun adalah jalan mudah dan menyenangkan karena menuruti ego kita.

Manusia terlahir ke bumi ini dengan tidak memiliki apa-apa bahkan seuntai benang sekalipun. Apa-apa yang kita miliki sekarang hanyalah sekedar hak pakai. Pada akhirnya kita akan kembali padaNya tanpa membawa apapun yang kita miliki sekarang ini. Karena itu orientasi "memiliki" sebenarnya tidak sesuai dengan kodrat kemanusiaan kita.

(Sumber Buku Hidup untuk Hidup)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar